Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2011

Berjiwa Besar

     Allah SWT berfirman dalam QS Fussilat (41): Dan tidak lah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan di antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar (berjiwa besar) dan tidak dian u gerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.       Ayat ini secara tegas memberikan pedoman dan petunjuk tentang kebaikan dan keburukan serta sikap dan tata cara menghadapinya. Pertama, kebaikan, seperti keadilan, kesejahteraan, keindahan, dan kemanfaatan tak akan pernah sama dengan keburukan, seperti kezaliman, kesenjangan, dan kemudharatan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senang memproduksi dan melahirkan kebaikan-kebaikan yang bermanfaat, baik bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, maupun masyarakat dan bang

Nabi Musa Pernah Ditegur Karena Lakukan 'Kesombongan Intelektual'

   Sifat sombong ( al-kibr ) dan menyombongkan diri ( al-takabbur ) merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Kesombongan, menurut Ghazali, bermula dari kekaguman seseorang kepada diri sendiri (al-`ujb), lalu memandang rendah orang lain. Sifat sombong merupakan sikap batin yang terejawantahkan dalam perbuatan dan tindakan yang cenderung destruktif dan diskriminatif.    Penyakit yang satu ini, menurut Ghazali, patut diwaspadai, karena tak hanya menyerang manusia secara umum, tetapi justru lebih banyak menyerang orang-orang pandai, para pakar, termasuk para ulama, kecuali sedikit orang dari mereka yang mendapat bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT.    Nabi Musa AS konon dianggap telah melakukan "kesombongan intelektual" ketika beliau berkata, "Ana a`lam al-qaum" (akulah orang paling pandai di negeri ini). Sepintas lalu, pernyataan ini dapat dianggap wajar karena dikemukakan oleh seoang Nabi yang ditugaskan Allah SWT u

Ilmu yang Bermanfaat

Untuk menjadi umat yang terbaik, Islam menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan. Untuk memperoleh kebaikan dunia dengan ilmu, untuk beroleh kebaikan akhirat dengan ilmu. Kriteria ilmu yang berguna  didasarkan pada tujuan ibadah. Dr Mahdi Ghulsyani menegaskan bahwa salah satu cara untuk menolong manusia dalam perjalanannya menuju Allah adalah ilmu dan hanya dalam semacam inilah ilmu dipandang bernilai. Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat  mendekatkan diri kepada Allah.Berdasarkan landasan ini,  ilmu dikatakan bermanfaat bila pertama, dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah. Nabi bersabda,” Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan dunia dan akhirat bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan akhirat karena kebodohan.” Kedua, dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat