Langsung ke konten utama

JULAIBEB, Si Buruk Rupa


        Suatu kali di zaman Rasulullah hiduplah seorang pemuda bernama julaibeb, sosok pemuda ini berperawakan hitam, berambut keriting, pendek dengan kaki pincang bahakan rupanya lebih buruk dari yang terburuk. Pemuda ini bekerja sebagai tukang sapu masjid di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam. Di zaman itu kekurangan fisik bukanah aib asalkan memiliki keterampilan yang lainnya namun merupakan aib yang sangat hina jika seseorang tidak memiliki nasab atau ayah, dan hal tersebut terjadi pada julaibeb.
   Suatu kali ketika selesai solat berjamaah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam datang kepada beliau dan bertanya, "Kapan engkau menikah??", julaibeb hanya tersenyum dan menjawab, "Ya Rasulullah, siapa orang yang mau menikah dengan saya yang memiliki banyak kekurangan. Keesokan harinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menanyakan hal yang sama namun jawaban julaibeb pun tetap sama.
        Pada hari selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menanyakan hal yang sama dan julaibeb pun menjawab dengan jawaban yang sama akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam mengajak ia untuk melamar seorang wanita yang paling cantik di wilayahnya. Pada saat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menyatakan keinginannya untuk melamar, orang tua wali sangat senang bukan kepalang karna seorang rasul ALLAH meminang anaknya, namun seketika keadaan berubah ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menjelaskan bahwa beliau melamar putrinya untuk dinikahkan kepada julaibeb hingga ibunya pun berkata, "Celakalah aku yang telah mengandung anakku!". Sang ayah putri tersebut pun berkata,"Ya Rasulullah, mengapa harus kami yang menanggung beban ini.", Namun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menasehati dan menjelaskan kepada kedua orang tua putri tersebut hingga akhirnya mau menikahkan putrinya dengan julaibeb.
       Pada saat malam pertama belum sempat julaibeb menyentuh istrinya dia harus pergi untuk berjihad. Julaibeb berkata "Istriku jikalau kita memang ditakdirkan berjodoh didunia maka aku akan pulang namun jika aku mati dalam jihad semoga Allah mempertemukan kita di alam akhirat." hingga pada akhirnya beliau pun syahid. Di lain tempat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam solat berjamaah d masjid bersama para sahabatnya, setelah itu beliau bertanya kepada para sahabatnya, "Wahai sahabatku, apakah kalian kehilangan sesorang??", sambil melihat disekelilingnya sahabat pun kemudian menjawab dengan lantang, "Tidak ya Rasulullah!", dengan pertanyaan yang sama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menanyakan kembali para sahabatnya, kemudian para sahabat melihat kembali disekelilingnya dan menjawab dengan nada yang lirih dengan jawaban yang sama hingga ketiga kalinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bertanya dengan jawaban yang sama namun kali ini sahabat terdiam. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam berkata pada sahabatnya "Saya telah kehilangan orang yang biasanya menyapu masjid ini" kemudian beliau pergi kerumah Julaibeb dan menemukan dia telah syahid.
     Di depan jasadnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam bersabda, "Sesungguhnya aku adalah bagian dari dirimu." mendengar tersebut para sahabatpun menangis betapa bahagianya julaibeb seorang yang tak rupawan, tak memiliki ayah dan hanya bekerja sebagai tukang sapu namun diagungkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam. Mungkin bagi seorang pemimpin, seorang julaibeb tidak berarti dan tidak ada pengarunya baginya namun tidak demikian bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam yang selalu memperhatikan hal hal yang ada di sekitarnya walaupun itu terlihat kecil di mata manusia.

Sumbar: Salim A. Fillah di Majelis Jejak Nabi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awas Efek Wifi bisa Berpengaruh Pada Sel

  Perkembangan teknologi yang semakin meningkat memberikan berbagai kemudahan bagi para penggunanya, salah satunya wifi ( wireless fidelity ). Sebelumnya telah banyak artikel artikel dan penelitian penelitian mengenai wifi terhadap dampak terhadap manusia. Penelitian menunjukkan bahwa konstan mengekspos radiasi RF akan mempengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan sakit kepala, anemia, kanker dan bahaya kesehatan lainnya. Penelitian sebelumnya mengulas dampak pada sel sperma namun tahukah anda bahwa wifi berdampak pada sel darah??? sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Teknologi Mara Malaysia membuktikan bahwa terdapat dampak yang cukup signifikan terhadap darah. Sampel yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan sampel tikus. Tikus-tikus tersebut digunakan berdasarkan kesamaan karakteristik biologis seperti DNA dan protein sebagai dibandingkan dengan manusia dimana sampel tersebut dipaparkan dengan radio frekuensi atau RF dan sebagainya tidak di...

Belajar dari Pohon Pisang

     Di kebunku terdapat banyak pohon pisang. Ada yang masih kecil, ada yang sudah besar, ada juga yang sedang berbuah. “Waah, buahnya sudah tua nih. Kayanya sudah waktunya untuk diambil,” gumamku suatu hari. Aku pun mengambil parang dan menebang pohon pisang yang berbuah tua itu. Tak sengaja aku menebas pohon pisang di sebelahnya yang masih agak kecil dan belum berbuah. Pohon itu pun tinggal batangnya saja dan menjadi setengah dari tingginya semula.    Setelah beberapa hari, aku kembali mengunjungi kebun. Pohon pisang yang kuambil buahnya berangsur mati dan membusuk, sementara pohon pisang kecil yang tertebas tempo hari ternyata bertunas kembali dan mulai berbuah. Aku pun mendekatinya dan berusaha seolah-olah berkomunikasi dengannya. “Hey, pisang, kamu kan sudah aku tebas tempo hari, kenapa kamu tak mati? Saudaramu saja mati,” tanyaku. Pisang itu menjawab, “Aku tak akan mati sebelum aku bisa bermanfaat buat makhuk lain. Saudaraku mati...

Kisah Persaudaraan Sesama Muslim

     Inilah kisah yang terjadi pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab.Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, “Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!” “Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai hak atas kejahatan pemuda ini!”. Umar segera bangkit dan berkata, “Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?” Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, “Benar, wahai Amirul Mukminin.””Ceritakanlah kepada  kami kejadiannya.”, tukas Umar. Pemuda lusuh itu memulai ceritanya,”Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku mempercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat...