Langsung ke konten utama

Belajar dari Pohon Pisang

     Di kebunku terdapat banyak pohon pisang. Ada yang masih kecil, ada yang sudah besar, ada juga yang sedang berbuah. “Waah, buahnya sudah tua nih. Kayanya sudah waktunya untuk diambil,” gumamku suatu hari. Aku pun mengambil parang dan menebang pohon pisang yang berbuah tua itu. Tak sengaja aku menebas pohon pisang di sebelahnya yang masih agak kecil dan belum berbuah. Pohon itu pun tinggal batangnya saja dan menjadi setengah dari tingginya semula.
   Setelah beberapa hari, aku kembali mengunjungi kebun. Pohon pisang yang kuambil buahnya berangsur mati dan membusuk, sementara pohon pisang kecil yang tertebas tempo hari ternyata bertunas kembali dan mulai berbuah. Aku pun mendekatinya dan berusaha seolah-olah berkomunikasi dengannya.

“Hey, pisang, kamu kan sudah aku tebas tempo hari, kenapa kamu tak mati? Saudaramu saja mati,” tanyaku.

Pisang itu menjawab, “Aku tak akan mati sebelum aku bisa bermanfaat buat makhuk lain. Saudaraku mati karena tugasnya sudah selesai, yaitu berbuah untuk dinikmati oleh makhluk lain. Sedangkan aku belum berbuah, belum bermanfaat bagi makhluk lain. Jika aku telah berbuah, tak ditebang pun aku akan mati sendiri. Kami keluarga pohon pisang, setelah mau mati tidak tinggal diam. Kami menyiapkan kader-kader penerus kami dengan jumlah yang lebih banyak. Tuh, lihat di samping dan sekelilingku.”

Aku melihat ke sekeliling pohon pisang itu dan mengagumi banyak pohon-pohon pisang kecil yang sedang bertumbuh.

“Itu adalah kader-kader kami yang siap memberikan manfaat buat makhluk lain,” ujar pohon pisang kecil itu melanjutkan ceritanya,

“Wahai kamu manusia, apa yang kamu kerjakan di dunia ini?? Apakah kamu sudah bermanfaat buat makhluk lain? Manusia seharusnnya bisa lebih bermanfaat dari bangsa pisang, karena Tuhan telah memberi manusia akal untuk hidup di dunia. Sedangkan aku??? Kamu bisa lihat sendiri kan, aku tak bisa ke mana-mana. Bumi tempatku berpijak, ya di sini. Tapi aku bersyukur dengan semua ini. Aku tak mengeluh pada Tuhanku. Yang penting buatku adalah berbuah untuk memberikan manfaat bagi makhluk lain. Sedangkan kamu? Sudahkah memberi manfaat buat makhluk lain??”

    Tentu saja ini bukan percakapan sungguhan, hanya komunikasi antara batin dengan pikiranku. Tapi aku sungguh-sungguh merenungi ‘nasihat pohon pisang’ tadi. Kalau pohon pisang saja bisa memberi manfaat buat makhluk lain, mengapa aku tidak? Mulai sekarang, aku akan berikan yang terbaik dalam hidupku. Aku harus bisa fokus terhadap tujuan yang ingin kucapai. Pantang menyerah walaupun tantangan dan hambatannya besar. Seperti pohon pisang yang–sekalipun ditebas–tetap pantang menyerah untuk berbuah.
    Kawan, Tuhan memberikan banyak contoh kehidupan di alam ini. Apakah kita mau kalah dari pohon pisang yang tak berakal? Mari kita buktikan pada dunia, bahwa kita bangsa manusia bisa jauh lebih memberikan manfaat buat makhluk lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sepenggal Kisah Di Langit Turki

Di dalam sebuah buku hariannya Sultan Murad IV mengisahkan, bahwa suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, Ia ingin tahu apa penyebabnya. Maka ia memanggil kepala pengawalnya dan memberitahukan apa yang dirasakannya. Sultan berkata kepada kepala pengawal, "Mari kita keluar sejenak". Di antara kebiasaan sang sultan adalah melakukan blusukan dimalam hari dengan cara menyamar. Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka disebuah lorong yang sangat sempit. Tiba tiba mereka menemukan seorang laki laki tergeletak di atas tanah. Sang sultan menggerak gerakkan laki laki itu tapi ia telah meninggal, Sang sultan keheranan mengapa orang yang melewatinya hanya mendiamkan saja tanpa mempedulikan lelaki tersebut. Sultan pun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah sultan. Mereka Bertanya "Apa yang kau inginkan?" "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun diantara kalian yang mengangkat jenazahnya? Siapa dia...

Awas Efek Wifi bisa Berpengaruh Pada Sel

  Perkembangan teknologi yang semakin meningkat memberikan berbagai kemudahan bagi para penggunanya, salah satunya wifi ( wireless fidelity ). Sebelumnya telah banyak artikel artikel dan penelitian penelitian mengenai wifi terhadap dampak terhadap manusia. Penelitian menunjukkan bahwa konstan mengekspos radiasi RF akan mempengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan sakit kepala, anemia, kanker dan bahaya kesehatan lainnya. Penelitian sebelumnya mengulas dampak pada sel sperma namun tahukah anda bahwa wifi berdampak pada sel darah??? sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Teknologi Mara Malaysia membuktikan bahwa terdapat dampak yang cukup signifikan terhadap darah. Sampel yang digunakan pada penelitian tersebut menggunakan sampel tikus. Tikus-tikus tersebut digunakan berdasarkan kesamaan karakteristik biologis seperti DNA dan protein sebagai dibandingkan dengan manusia dimana sampel tersebut dipaparkan dengan radio frekuensi atau RF dan sebagainya tidak di...

JULAIBEB, Si Buruk Rupa

        Suatu kali di zaman Rasulullah hiduplah seorang pemuda bernama julaibeb, sosok pemuda ini berperawakan hitam, berambut keriting, pendek dengan kaki pincang bahakan rupanya lebih buruk dari yang terburuk. Pemuda ini bekerja sebagai tukang sapu masjid di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam. Di zaman itu kekurangan fisik bukanah aib asalkan memiliki keterampilan yang lainnya namun merupakan aib yang sangat hina jika seseorang tidak memiliki nasab atau ayah, dan hal tersebut terjadi pada julaibeb.    Suatu kali ketika selesai solat berjamaah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam datang kepada beliau dan bertanya, "Kapan engkau menikah??", julaibeb hanya tersenyum dan menjawab, "Ya Rasulullah, siapa orang yang mau menikah dengan saya yang memiliki banyak kekurangan. Keesokan harinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam menanyakan hal yang sama namun jawaban julaibeb pun tetap sama.         ...